Industri grafika/percetakan di Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menyetarakan diri dengan standar mutu industri grafika internasional, khususnya Asia dan Australia. Akibatnya, industri grafika Indonesia belum mampu berperan dalam menjawab tantangan pasar global. Dengan kata lain belum "Go International" Salah satu penyebabnya karena masih belum terpenuhinya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Perubahan teknologi grafika terutama di pracetak sangat revolusioner. Perubahan software maupun hardware hampir dalam hitungan bulan. Teknologi desk top publishing (DTP) yang belum lama berkembang, meluas ke computer to film, computer to plate, computer to press, dan print on demand. Sejalan dengan perkembangan tersebut, teknologi cetak konvensional mulai bergeser ke arah digital print.
Perkembangan teknologi dan pasar grafika yang terus berubah cepat menjadikan para pelaku industri tersebut tertuntut harus bisa menyesuaikannya. Faktor waktu memang menjadi daya tarik bagi industri grafika, di samping juga tarif yang murah. Harga pokok produksi bisa ditekan dengan penggunaan alat berteknologi terbaru. Kemajuan teknologi informasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teknologi cetak mencetak, sehingga di mana pun kita berada selalu menatap dan menggunakan barang cetakan.
Gambaran
umum fungsi dan jenis barang cetakan yang demikian banyak dan
bervariasi menuntut industri grafika melengkapi peralatan yang memadai
dari kualitas dan kuantitasnya, serta kesiapan sumber daya manusianya
sebagai penentu keberhasilan produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar